Februari 17, 2009

VOCABULARY CARD

This is the simple technique to memorize vocabulary for the novice. I have got this from my lecture in Vocabulary and Pronunciation class, Mr. SUPARNI HADI. It would be better to have a partner to exchange and practice your words.

(Word)

(Class of word /

part of speech)

(Definition of the word. You can make it by yourself)

(Example)

(The example of the word in sentence.)

Cushion

N (Noun)

Small bag filled with soft material to make sit more comfortable.

Example:

My aunt has bought some new full colored cushion for his new sofa.

Hints:

Make three new words each one day!

Memorize it!

Review in the seventh day!

Practice in writing!

Februari 05, 2009

SANTRI DAN DOA

Sehabis acara mujahadahan yang melelahkan di alun – alun kampung, seorang santri bertanya pada kiainya, “Apakah semua doa yang kita panjatkan dapat membuat kita lebih dekat kepada Allah?”

“Apakah segenap doa yang kau panjatkan dapat membikin matahari terbit esok hari?” ujar kiai, bertanya balik.

“Tentu saja tidak! Matahari terbit berdasarkan sunnatullah.”

“Ya, itulah jawabannya. Kedekatan kita dengan Allah bukan lantaran banyaknya doa yang kita panjatkan.”

Santri itu tersentak bingung.

“Jika demikian, apakah doa kita sia-sia?” katanya mencoba menyimpulkan.

“Sudah pasti tidak. Apabila besok kau tidak bangun pagi maka kau tidak akan pernah menyaksikan matahari terbit. Dan, meski Allah senantiasa bersama kita, jika kau tidak berdoa maka selamanya kau tidak akan pernah merasakan kehadiran –Nya,”

Fahrudin Nasrulloh, “Syaikh Branjang Abang”, hlm. 15-16

PERJALANAN KIAI SIRAJ

Kiai Siraj ditanya oleh salah seorang sahabatnya “Apakah sampean tidak punya niat untuk menikah di usia yang 50 tahun ini?”

“Ya, punya,” jawab Kiai Siraj. “Dulu saat masih muda, aku telah bersusah payah mencari perempuan yang sempurna. Pernah dari Tasikmalaya aku merambah hutan belantara untuk sampai ke Demak, dan aku bertemu seorang perempuan yang sangat alim dan jelita, namun ia tidak tahu apa apa tentang urusan dunia. Aku tidak mau perempuan macam ini. Kemudian kulanjutkan perjalanan ke Madiun. Di sana, aku bertemu seorang perempuan yang alim dan menguasai kehidupan duniawi. Sayangnya, gadis itu tidak cantik. Aku juga tidak ingin puya istri yang jelek seperti dia. Lantas aku melanjutkan perjalananku lagi ke Surabaya, di sana aku dijamu makan malam di rumah seorang perempuan yang amat cantik, taat beragama dan sukses dalam urusan dunia.”

“Lalu, mengapa kau tidak menikahinya?”

“Dia tidak mencintaiku!”

Fahrudin Nasrulloh, “Syaikh Branjang Abang”, hlm. 94