(Winning LMCPI 1 [Lomba Menulis Cerpen dan Puisi Islami] LDK STAIN Metro 2007)
Kulantunkan ayat
Kulafadzkan tiap
Gulungan kisah mengisi tiap baris kosong.
Para Nabi diceritakan di tempat aku mengiang lidah pasiku
Kisah sepasang darah.
Ibrahim menggorok Ismail, atau Nuh mengasihi Qanaan
begitu pula Zakaria berbuah Yahya.
Maka, kurindukan kisah Isa putra saudara perempuan Harun.[1]
Perempuan suci
Perempuan tanpa sekat lelaki.
Maka, kuceritakan padamu kisah orok Nabi, orok dari tabir roh – Nya.
Di penjelmaan, di manusia.[2] Di pengasingan dan berbadan dua.
Bumi yang menyuapi
berteriak berzikir di atas orok merah yang baru saja
menghirup angin sesaat
Angin yang mengantar Maryam ke kaumnya.
Angin yang mengatup bibir duanya.
Lalu, bersilatlah lidah mereka. Lidah para durjana akan orok yang berilah.
Ilah yang di otak ciut mereka beranak. Di saat ini,
di saat lidah mereka saling menghujam.
“Duh Gusti! Di mana Isa putra Maryam? Orok yang mengilahikan Kau di depan kaumnya.
Ingin rasanya aku melantukan kisah ini untuk mereka.
Kisah Isa, Putra Maryam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar