(Winning LMCPI 2 [Lomba Menulis Cerpen dan Puisi Islami] LDK STAIN Metro 2008)
Dalam peninggalan[1]
dan warisan Bani Israil tersulut bisa Samiri
bisa dari setetes Assamirah.
Menjalar di selubung syaraf
mengisi lubang di sudut kepala mereka dengan perhiasan
Samiri,
melahirkan lembu emas dari khianat mereka
dari pengindahan Harun
dari Jabal Sinai dan Taurat
Berkata Musa: “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”[2]
Menjulur lidahnya bercabang
menghitamkan nafsu pula jejak rosul[3]dari segenggam pengetahuan
membatukan ketetapan pada patung yang berongga.[4]
Berhembuslah adzab
mengasihi kesendirian dalam fana
terbakar di ujung kobar api neraka berbalut sesembahan
dan dari Dia, Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
Begitulah Samiri
dari secarik goresan pada THAAHAA.[5]
[1] Nabi Musa sedang bermunajat dengan Allah di Gunung Sinai untuk menerima Taurat.
[2] Surat Thaahaa, ayat 95.
[3] Yang dimaksud dengan “jejak rosul” di sini adalah ajaran – ajarannya. Menurut faham ini Samiri mengambil sebahagian dari ajaran – ajaran Musa kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga dia menjadi sesat. Menurut sebahagian ahli tafsir yang lain yang dimaksud dengan “jejak rosul” itu ialah telapak kuda Jibril a.s. Artinya Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dihancurkan sehingga logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara.
[4]
[5] Surat Thaahaa, ayat 85 – 98.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar